Sabtu Pagi, Gus Mahu Tausiah di MTsN 7 Kediri

MTsN 7 Kediri (12/08/23) melaksanakan program rutin Sabtu pagi di halaman madrasah. Pengajian dihadiri oleh K.H. Jauhar Nehru dari pondok pesantren Raudlatul Ulum, dan diikuti oleh guru, karyawan, dan wali murid kelas 8. Pengajian rutin tiap minggu kedua tersebut dimulai pukul 07.00 hingga 09.00 WIB.

Abas Shofwan, Kepala MTsN 7 Kediri,  menyampaikan tentang program-program madrasah, terutama tentang perubahan dari enam hari ke lima hari kerja. Konsekwensinya pulang lebih sore.
"Bapak ibu, mengingat anak-anak pulangnya sore, maka kita ajak shalat ashar berjamaah," ungkap Abas.
Dia juga mengingatkan pada wali murid agar melengkapi anak-anaknya untuk kelengkapan shalat. 
Selain itu meskipun kegiatan pembelajaran dimampatkan lima hari, namun Sabtu anak-anak tertentu masih ada ekstrakurikuler.

Dalam tausiyahnya, K.H. Jauhar Nehru,  mengingatkan tentang pentingnya pendidikan, karena di akhirat orang tua harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan terhadap anak.

"Sekolahan ini bukan tempat penitipan pendidikan. Tapi tempat minta tolong terhadap gurunya, agar mau mendidik anaknya." Pengasuh Ponpes Raudhatul ulum mengingatkan.

Pengasuh ponpes yang akrab disapa Gus Mahu juga menyampaikan,  bahwa meski secara fikih ketika anak baliq, tidak wajib memberikan sesuatu pada anak. Tapi, ketika anak itu belajar untuk mempelajari agama Allah, maka orang tua wajib memberikan apa yang dibutuhkan.

Pengasuh pondok Kencong itu juga mengingatkan tentang pentingnya akhlak.
انما بعثت لاتمم مكارم الأخلاق
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak," Gus Mahu menyitir sebuah hadist.



"Untuk itu jauhkan anak-anak pada sekolah-sekolah yang tidak mengajarkan akhlak," lanjutnya.

Selain pengajian, kegiatan tersebut juga diiringi oleh alunan musik rebana Al Banjari yang diasuh ustadz Wahyudi Al Amin.
Reporter, penulis, editor: Tim Jurnalis 

1 Comments

Previous Post Next Post