Panglipuran, Berhati Moderat, pengawal Adiwiyata, diabadikan Kaum Literat

Oleh: Muhammad Arwani

Bagi yang biasa berpelesir ke Pulau Bali, Panglipuran merupakan perkampungan yang tak Asing lagi. Desa ini dinobatkan sebagai kampung terbersih di dunia. Ya, Panglipuran merupakan obyek wisata yang berhukum fardhu untuk dikunjungi, ditempat itu bukan hanya sekadar untuk berfoto selvi dengan beraneka macam gaya saja dengan wisatawan mancanegara. Namun juga banyak ilmu yang diperoleh terutama dalam implementasi moderasi beragama dan Adiwiyata. Dua program yang digaungkan oleh madrasah yang dikelilingi oleh pondok pesantren tersebut. 


Moderasi beragama untuk mencegah pembusukan hati umut manusia yang bisa menyebabkan saling bersengketa, berselisih, hingga membunuh. Sedangkan Adiwiyata bermanfaat untuk membangun hidup bersih, dan terhindar pada penyakit yang berakibat pada kematian.


Saat ini kita dihadapkan pada suguhan, bagaimana seseorang harus menempatkan pada kebersihan hati, serta suci di atas tempat tinggal mereka. Sebuah nilai yang diajarkan pada kedua ajaran, agama Islam dan Hindu, yaitu hak ketuhanan yang harus  diutamakan

Dari pada hak dasar manusia, karena sesungguhnya manusia hidup atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Penulis teringat dengan sebuah petuah guru penulis saat masih mondok, "Le, nek sampeyan pengen eruh ulama tenanan deloken umah e lan masjid e, nek masjid e luih apik timbang umahe berarti kui ulama tenan." Ternyata di Penglipuran ini malah satu kampung yang mengamalkan petuah ini .

Sesaat satu dua tiga kali melangkah, pengunjung akan disuguhi dengan perumahan penduduk yang juga berstatus sebagai tempat niaga buat mereka, perniagaan yang memperdagangkan berbagai produk, baik makanan, pakaian atau souvernir khas pulau Dewata. Transaksi perdagangan antar umat beragama pun terjadi dengan asas simbiosis mutualisme, penuh keramahan dan kepuasan bagi semua pihak. Salah satunya adalah jenang sumsum Bu Nengah. Jenang sumsum yang terbuat dari bahan dasar beras yang dipadu dengan guyuran air gula kelapa memang sudah tak asing bagi orang Kediri, tetapi setelah merasakannya, ada rasa yang asing yang tidak dapat didapatkan di Kediri. Yang lebih mengesankan lagi, wadah jenang ini terbuat dari daun pisang yang merupakan sebuah bukti nyata kegiatan ramah lingkungan anti sampah plastik yang dapat mengganggu kesehatan, baik kesehatan lingkungan dan fisik manusia di sekitarnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post