Sang Penggali Ide Telah Hijrah

Catatan : M. Maghfur Qumaidi

Pimpinan Redaksi Teropong Madrasah

Hari ini adalah hari yang bersejarah dan cukup mengharukan. Bapak kepala madrasah yang telah memimpin MTsN 7 Kediri dipindahtugaskan ke MTsN 1 Kediri. 

Tadi siang usai serah terima jabatan kepada Bapak Abas Sofwan kepala madrasah yang baru. Bapak Zainuddin mengumpulkan semua staf dan guru untuk pamitan secara khusus. Seperti biasa beliau sangat irit bicara. Tak banyak yang dia sampaikan. Hanya memohon maaf apabila ada kebijakan yang membuat seluruh komponen madrasah terganggu. Dia berpamitan untuk meninggalkan madrasah yang telah 7 tahun berjalan telah beliau pimpin.

Usai sambutan, menunjuk saya ke depan. Tentu saya bingung. Karena bukan guru senior di antara guru-guru yang lain. Saya pun hanya menyampaikan inti dari perjalanan bersama beliau. Sebelum di MTsN 7 Kediri saya sudah mengenalnya. Saat beliau menjadi Waka kurikulum dan saya menjadi kepala madrasah swasta di kecamatan kepung. Saya dan beliau banyak berkerjasama. Hingga ketika beliau ditugaskan di MTsN 7 Kediri, dan saya mengajar di tempat itu. Bagi saya itu adalah pertemuan kebersamaan yang kedua kalinya.

Mungkin tak banyak yang mengetahui sosok beliau yang sesungguhnya. Beliau adalah sosok pendiam, sampai marahnya pun bisa ditutup dengan diamnya. Luar biasa dalam kemampuan mengolah emosi, hingga tak banyak tahu bila beliau dalam puncak kemarahan. Tetap menutupnya dengan senyum.

Satu hal lagi yang mungkin tak banyak dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sifat rendah hatinya. Dia kadang kala rela berada di belakang anak buahnya yang dianggap mampu dan punya potensi. Terlepas dari itu, dia juga tidak pernah melihat status guru di madrasah, baginya siapa pun boleh maju dan berada di depan bila memang mempuni dalam bidang tertentu. Itulah banyak guru di MTsN 7 Kediri, yang bisa terangkat pada puncak prestasinya.

Dengan diamnya siapa pun akan dibuatnya hanyut. Komponen MTsN 7 Kediri pun telah terhipnotis dengan ide-ide beliau, tidak hanya tentang ide Literasi, Adiwiyata, dan dan ide-ide lain dalam memajukan madrasah. 

Terus terang saya dan beliau sering berdiskusi melalui WhatsApp pada malam hari, tentang madrasah terutama literasi. (Diskusi kami bukan rasan-rasan tentang personal madrasah) tapi bagaimana agar madrasah berprestasi.

Sebagai anak buah mungkin saya kurang sopan bila komunikasi dengan beliau sampai tengah malam. Namun, itulah fakta yang saya alami. Tapi, saya tidak ingin membahas itu. Hanya saja saya ingin menyimpulkan, bahwa  beliau bekerja untuk madrasah selama 24 jam setiap hari. Jadi tak benar bila dianggap pasif, atau hanya sekedar duduk di belakang meja.

Bila membahas literasi sebenarnya, dia yang mempunyai andil besar di MTsN 7 Kediri, dan saya hanyalah eksekutor di lapangan, dan program-program literasi adalah kebijakan beliau, tanpa dukungan dan kebijakan beliau tentu kami tim literasi juga tak bisa berbuat apa-apa.

Pak Zainuddin adalah sosok yang nekat. Dalam setiap ajang lomba, beliau selalu bersemangat menyuport anak buahnya, meski kami rasa hanya memiliki kemampuan yang pas-pasan

Teringat LIPM di kanwil Jawa Timur dan MTsN 7 Kediri direkomendasi untuk maju. Saat itu terus terang juga modal nekat, kami hanya bermodal 25 karya siswa, dan 10 karya guru, tapi dalam tenggat satu bulan kami tim literasi harus berjibaku untuk menuntaskan portofolio. Alhamdulillah, berhasil, kami pun ditetapkan sebagai juara.

Kembali tentang literasi. Entah angin apa yang membuat beliau menjadi pencinta buku, dan literat. "Pak. Maghfur, kalau disuruh nulis pusing kepala saya," kata-kata itu terngiang dalam ingatan saya, ketika gerakan literasi di madrasah mau dimulai. Namun, dia sangat mendukung gerakan literasi. Dan Sekarang pun beliau juga ikut menulis buku, dua buku ISBN telah lahir dari tangan beliau, dan satu buku masih proses ISBN. Masih banyak buku-buku antologi lain, di antaranya tentang moderasi beragama sampai jilid 4, dan kebetulan tulisan saya juga berada di buku itu. Selain itu tim moderasi Pak Azmil, Pak Arwani, saya, dan beliau juga menulis tentang madrasah wasyatiah bersama bapak Zuhri Kepala Kemenag Kabupaten Kediri. 

Tidak hanya itu, beliau juga penggiat literasi, dan bersama-sama mendirikan IGMPL bersama Bapak Trianto (Kasi Kelembagaan Kanwil Kemenag Jawa Timur), Bapak Ahmad Syaikhu, dan kepala madrasah lain. Kebetulan saya juga ikut membidani organisasi itu.

Tentang literasi masih ada satu catatan penting, dia dekat dengan anak-anak jurnalis. Dia tak segan-segan melakukan WhatsApp langsung pada Tim jurnalis bila ada berita penting yang harus dimuat. Itulah mengapa dalam kesempatan terakhir ini, anak-anak literasi ingin berfoto dengan beliau.

Sebenarnya masih banyak catatan untuk beliau, seperti caranya meminta maaf pun tidak dengan kata-kata, namun dengan perbuatan. Jika tidak ada yang tahu, mungkin saya tahu tentang raut wajah sedih, dan sumpeknya. Termasuk kecewanya, meski tak diucapkan. 

Bapak Muhammad Zainuddin. Selamat menjadi pemimpin di madrasah yang baru. Semoga tetes air mata kesedihan kami, menjadi penyemangat perjalanan bapak berikutnya. Pasti talenta bapak dalam menggali ide akan membawa kemajuan di madrasah yang baru. Semoga perjalanan panjenengan selalu diiringi dengan keberkahan. Semoga setiap kebaikan yang tertanam menjadi pahala yang terus mengalir. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan ketidaksopanan dalam bertutur. 


Salam Literasi

Post a Comment

Previous Post Next Post