MTsN 4 Nganjuk Studi Literasi dan Adiwiyata di MTsN7 Kediri

 

Kamis, 10 Februari 2022 MTsN 7 Kediri kedatangan tamu dari MTsN 4 Nganjuk dalam rangka studi banding Adiwiyata dan Literasi. Kegiatan yang dipusatkan di meeting room MTsN 7 Kediri diikuti oleh kepala MTsN 4 Ngajuk dan 6 orang fungsionaris madrasah. Acara itu berlangsung kurang lebih 3 Jam.

Dalam sambutanya Muhammad Zainuddin, S.Pd., M.Pd.I, menyatakan ucapan terimakasih yang sebesar-sebesarnya, karena mau berkunjung bersilaturahim di madrasah kecil yang berlokasi di pinggir sawah. Zainuddin memaparkan tentang 9 program unggulan madrasah, di antara program Adiwiyata dan Literasi yang digulirkan pada tahun 2018. Program Adiwiyata saat ini mencapai Nasional, dan Literasi tidak hanya menulis buku ISBN, namun juga telah berkembang pada tulisan digital, dan berkolaborasi dengan program washatiyah atau moderasi beragama. Demikian juga program Adiwiyata telah menelurkan program baru yang dikemas dalam program madrasah anti sampah plastik.

Pernyataan  Zainuddin, disambut baik oleh Lukman Afif, kepala MTsN 4 Ngajuk, yang menyampaikan rasa kagumnya pada MTsN 7 Kediri, yang program dan prestasi-prestasinya yang luar biasa.  

Usai sambutan dari kedua kepala madrasah, Muhammad Zainuddin menyerahkan kenang-kenangan buku karya siswa dan guru, dan juga karya program Adiwiyata.


Kegiatan tersebut juga  diikuti oleh tim Literasi, Tim Adiwiyata, anak-anak jurnalis, penulis, dan duta Adiwiyata MTsN 7 Kediri. Dua tim tersebut mempresentasikan program dan kegiatan yang selama ini telah berjalan.

Tri Lestasi selaku ketua tim, memaparkan tentang tahap-tahap Adiwiyata mulai dari persiapan Adiwiyata tingkat kabupaten hingga tingkat Nasional. Juga tentang pembiasaan- pembiasaan yang dilakukan oleh siswa, bagaimana mereka menjaga lingkungannya baik di madrasah maupun di rumah. Guru matematika itu juga menjelaskan tentang kelengkapan portofolio yang dibutuhkan untuk mempersiapkan Madrasah Adiwiyata mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional.

M. Maghfur Qumaidi salah satu pembina Madrasah Literasi memberikan pemaparan tentang program literasi madrasah. Dia menyoroti tentang kondisi klasik tingkat literasi negara  kita yang masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Maghfur juga menjelaskan tentang jenis-jenis literasi mulai literasi baca, tulis, digital, numerasi, dan lain-lain.

"Berliterasi itu yang penting menghasilkan karya, sehingga literasi bukan sebagai wacana atau sekadar bahan diskusi, 'ucap guru penulis 34 judul buku itu.

Maghfur juga menambahkan bahwa literasi di MTsN7 Kediri selalu merambah pada hal-hal baru. Saat ini Tim literasi bukan hanya mengembangkan menulis buku-buku ber-ISBN yang umum saja,  namun lebih dikhusukan pada buku-buku Islami dan moderasi. Selain itu jurnalistik yang dikembangkan juga bukan jurnalistik tempel di mading, melainkan jurnalistik digital, dengan menyajikan berita-berita secara online, sehingga setiap peristiwa dapat dibaca oleh publik secara langsung. Majalah didik Islam juga terus berupaya ditingkatkan kualitasnya, dan mengurangi plagiasi, harapannya tahun depan ber-ISSN. 

Program SKAL di Madrasah juga tidak lagi membuat paper tetapi menulis tentang wisata atau tempat-tempat yang dijadikan sebagai obyek SKAL. "Dari pada ditugasi membuat Paper 30 halaman, setelah itu sia-siap, lebih baik anak-anak diberi tugas menulis 300 sampai dengan 400 kata, setelah itu dijadikan buku antologi. Karya itu nanti bisa jadi bahan bacaan literasi baca adik kelasnya atau orang lain,"  imbuh Maghfur,

Guru yang aktif di IGMPL Jatim itu, juga memaparkan, bahwa anak-anak harus dimotivasi dengan moto-moto yang menarik, " Menulislah Suatu saat bukumu yang akan membawamu, bukan kamu yang akan membawa bukumu," moto itu ternyata telah terbukti ada dua siswa kami yang dijadikan instruktur pemateri nasional, artinya dengan buku itulah, dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk tampil di hadapan publik. 

Saat ini, moto itu berubah, "Muda Kaya dengan Pena," artinya kemampuan menulis ini dapat menjadi bekal menuju kemandirian. Mereka kita kenalkan platform-platform digital, yang mendapatkan bayaran dari tulisannya. "Itu sama dengan tulisan yang ada dalam video itu,  suatu saat kata-kata itulah yang akan menghidupi dirinya," ucap Maghfur sambil menunjuk video yang terpampang di layar.


Istiqomah, korlap Tim Adiwiyata di sela-sela presentasi literasi, juga menambahkan bahwa saya tadi melihat apa yang disampaikan Pak Maghfur tentang kepala madrasah menulis, pengawas menulis, guru menulis, dan siswa menulis. Sesungguhnya dalam Adiwiyata juga seperti itu, ada kepala madrasah menanam, guru menanam, siswa menaman, dan bahkan tidak hanya di lingkungan madrasah, tapi juga di rumah. 

Tri lestasi juga menambahkan bahwa apa yang dipamerkan di depan adalah karya anak-anak, jadi ketika saya beritahu ada kunjungan mereka ada yang menawarkan ceks pisang, ujarnya.

Usai sela dari keduanya Maghfur melanjutkan bahwa, "Kami akan berusaha menerbitkan buku secara gratis, sebab kami tidak ingin menghambat anak-anak untuk berkreasi lewat buku-buku, dan kami sudah bekerjasama dengan penerbit tersebut. Alhamdulilah kini anak-anak bisa menulis sebanyak-banyak tanpa dibebani oleh biaya sepeser pun. Kami membuat tim penerbitan di interen madrasah, yang terdiri dari pembimbing, editor, layout, dan penelaah."

"Insyallah, buku-buku cerita Islami akan segera terbit," pungkasnya.


Reporter. : Zarit Salsabila Azzahro, Putri Chakiki

Kameramen: Erni Kurniawati

Editor.           : Nuzulin Ladayka Nur







 

Post a Comment

Previous Post Next Post