Sesosok Penunggu Sekolah

Oleh: M. Maghfur Qumaidi

Rintik-rintik air hujan membasahi halaman sekolah. Sekolah itu sepi, sepertinya lama tak berpenghuni, padahal tiap pagi sekolah ini ramai, mungkin hanya beberapa hari ini sekolah tak dihuni, karena virus Corona sulit  terkendali, dan beberapa civitas di dalamnya sempat terjangkit.

Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke sekolah, namun aku teringat novel kesayanganku tertinggal, sehingga aku harus mengambilnya. Perasaanku lega, ketika terdengar dari luar ada anak-anak yang sedang berbisik-bisik kecil, dan sedikit bergurau, suara tawanya yang lirih, meski terdengar jelas dari luar. "Aku tidak sendiri," pikirku. Namun, saat aku membuka pintu rasanya sulit.

"Mungkin dikunci dari dalam," gumanku.

Kucoba untuk mengetuk pintu pelan, suara itu tiba-tiba lenyap, berubah menjadi sepi. Bulu kudukku berdiri, angin semilir dan dinginnya rintik hujan menambah cekam suasana. "Kenapa, bulu kudukku merinding, dan ke mana suara cekikikan tadi," batinku. Tapi biarlah, kucoba mengetuk pintu lagi. Tapi aneh, setiap suara kuketuk seperti ada yang menirukan. Aku menghela napas sejenak, "Mungkin anak-anak tadi iseng," bisikku di depan pintu.

Aku pun tetap mengetuk, dan setelah agak lama, aku tak sabar pintu kubuka paksa dengan sekuat tenaga. Namun, tetap tak bisa. Malah pintu kelas disebelahnya terbuka. Pintu itu buka tutup sendiri. Nyaliku semakin menciut, apalagi tiba-tiba ada air hujan yang menetes di kepalaku. "Aneh, padahal hujan sudah mulai reda, kenapa air baru menetes." Pikiranku sambil mengusap air di kepala. Aneh, tiba-tiba ada bau anyir darah, dan air itu juga berwarna merah. Kutengok kanan kiri tetap sepi. Aku tak mendengar apa-apa lagi. Aku pun berjalan ke kelas sebelah, yang pintunya buka tutup. Degan santai kubuka pintu itu, aneh kenapa serapat ini, padahal tadi terbuka. "Hai.. siapa di dalam?" Teriakku agak kencang. Tapi tetap saja senyap, tak ada suara yang menjawabku. Justru pintu kelas sebelah, yang sejak tadi aku ketuk terbuka sendiri. Aku pun melangkah ke tempat itu, dan berhasil membuka ruangan itu. Ada seorang gadis berjilbab membelakangiku, dari bentuk tubuhnya sepertinya Erna, dia teman sebangkuku. Ketepuk punggungnya, "kenapa kamu di sini?" candaku padanya. Dia pun membalikkan badan, pakaiannya lengkap dengan masker. Namun, aneh dia tak bicara apa-apa. "Hai Erna..." Panggilku dengan agak menggoda. Dia pun akhirnya membalikkan badannya. Betapa terkejutnya, setelah masker dibuka, dia tak mempunyai mulut. Aku pun berteriak minta tolong karena ketakutan. Aku terus berteriak sejadi jadinya. Aku bacakan ayat kursi, sambil menangis ketakutan. Pada saat yang sama Kakiku ada yang menarik, aku berpegangan pada pada bangku di depanku "Tolong...." 

"Heh.. sana mandi, dan salat Asar, lihat tu.. hampir Magrib.." kata seorang wanita setengah baya. Dia adalah ibuku, sambil membawa novel yang tadi aku baca sebelum tudir. "Oh aku ketiduran," gumanku sambil menuju kamar mandi.

Post a Comment

Previous Post Next Post