Gadis Ceria

 


Hafidz Zuyyinarrahmah

Ini aku Rania, dan ini adalah ceritaku 10 tahun yang lalu. Masa itu, aku masih berumur 10 tahun. Masa dimana aku masih kanak-kanak dan masih polos. Aku juga belum tahu rasanya kasmaran. Aku adalah gadis yang penuh keceriaan, dan banyak berharap kepada masa depan yang cerah dan cita-cita yang semoga akan terwujud. 


Aku termasuk 10 besar anak yang pintar di kelas. Aku menghabiskan waktuku dengan belajar, membantu mama bekerja, dan juga bermain. Di umur segitu sangat wajar untuk bersenang-senang.

Aku memiliki banyak sekali teman di sekolah. Aku sangat suka sekali jajan. Itu membuatku sedikit gemuk. Haha, sedikit. Membuatku jadi anak yang mendominasi di sekolah. Kemana saja aku berjalan, guru guru selalu menyapaku. Begitu pula teman-temanku. Hidupku di sekolah dasar ini begitu menyenangkan. Aku dikerumuni oleh teman-teman yang menyayangiku. Aku juga pastinya menyayangi mereka kan.


Setelah dua tahun aku bersenang-senang, ini waktunya perpisahan. Ucapkan selamat tinggal dan sampai jumpa kepada teman-teman. Aku akan menjadi siswa sekolah menengah pertama. Teman teman juga, kami akan berpencar kesekolah yang sudah kami incar sejak lama. Aku cukup bahagia, teman-temanku diterima di sekolah yang mereka impikan. Kami semua merayakannya dengan wisuda. Kami diwisuda dengan menyewa gedung besar milik pemerintah. Untuk merayakannya, kami semua dibentuk dua kelompok dan membawakan lagu secara terpisah. Kelompok 1 menyanyikan lagu Indonesia jaya. Sedangkan kelompok dua bubuy bulan. Acara kelulusan berakhir dengan emosional. Isak tangis teman teman yang tak ingin berpisah, membuat suasana semakin haru.


Dua Minggu setelah diwisuda. Aku sudah mulai bersekolah di sekolah baruku. Di SMP Jaya. Aku mendapatkan kelasku dan aku pun langsung menghuni disana. Ini saatnya MOS. MOS ini adalah masa yang katanya menyenangkan dan menyeramkan. Aku anak yang selalu positif, aku ga terlalu memikirkan hal hal yang menyeramkan, yang mungkin akan terjadi. Masa ini cepat sekali berlalunya yaa.


Dua Minggu sudah berlalu, aku memang tidak memiliki teman dekat. Tapi semua teman kelasku menyukaiku. Mereka sangat ramah kepadaku. Walaupun aku sedikit kurang menyukai itu. Semua teman 


Sekelas ku memang ramah, tapi mereka seperti menjauhiku. Ah mungkin itu Cuma imajinasi ku saja. Aku terlalu melebih lebihkan. Pelajaran akan dimulai. Aku harus cepat cepat masuk gerbang sekolah supaya aku tidak ketinggalan dan dihukum. Aku pernah dihukum satu kali saat masih awal masuk sekolah ini. Dan itu membuatku deg-deg an, aku tak akan mengulanginya. Aku tidak mau, semoga saja begitu. Aku berlari sekencang mungkin hingga semua murid melihat dan menatapku, sudah biasa aku selalu menjadi pusat perhatian. Pelajaran dimulai dan berjalan seakan semuanya slow motion. Mana pelajaran pertama matematika, pagiku telah rusak.


Tibalah saat yang paling kami tunggu. Maksudnya, pelajaran bahasa Inggris. Aku sangat menyukai bahasa Inggris. Namun ntah mengapa, aku nggak jago jago juga dalam bahasa Inggris. Hehehe, walaupun aku memiliki nilai tertinggi dipelajaran ini, aku tak mau menyombongkan diri. Speakingku kurang di mapel ini. Itu membuatku kurang percaya diri. Kebanyakan teman temanku membenci mata pelajaran ini.  Istirahat Sudah menampakkan diri. Dengan diiringi bel aku memasukkan buku yang berserakan dimeja kedalam tas abu abuku. Walaupun sangat disayangkan pelajaran bahasa Inggris terasa begitu cepat, seperti aku kecewa tapi tidak juga. Teman teman terlihat membawa bekal. Sepertinya mereka sudah janjian untuk membawanya. Salah satu dari mereka tampak murung. Aku mendekati gerombolan mereka yang ingin makan bento. Aku duduk di samping anak itu. Dia Diana. 

“Bagaimana kalau kita kekantin saja?” tawarku kepada Diana. 

“Ah, baiklah,” ujar Diana.

Akupun berdiri dan mengajak Diana keluar. Aku berlari Diana mengikutiku dibelakang ku. 

“Hei hentikan, jangan membuat perhatian disini!” seru Diana sambil membisikkannya ditelinga ku. Oh kenapa? Gumamku. Tapi, baiklah untuk kali ini aku tak akan berlarian.


Kita sudah sampai di kantin. Beberapa kakak kelas ada di depanku. Mereka terlihat tinggi dan besar. Sepertinya aku saja yang kecil. Tapi, mereka tampak membicarakan kami. 

“Hahah kok bisa ya, dia berperilaku kekanak-kanakan, bagaimana bisa masuk sekolah elite ini?”

“Haduhh guru-guru gak becus deh menangani masalah ini!”

Ucap mereka lirih sambil tertawa seakan meremehkanku dan Diana.

“Eh awas dia dibelakangmu tuh,” seru salah satu dari mereka.

Bukannya mereka diam karna mengetahui keberadaanku, mereka malah menjauh dan mencaci ku. Sebenernya siapa mereka? Kok suka banget sih ngurusih hidup orang. Apa pekerjaan mereka begitu ya. Sepertinya Diana merasa kesal. Setelah mendapatkan apa yang ingin ia beli, dia langsung meninggalkanku begitu saja. Hah, aku tak begitu mengerti keadaan macam apa ini. Tapi jujur saja aku sedikit takut. Jantungku berdegup tak normal. Aku langsung cepat-cepat kembali ke kelas.


Sepertinya Diana sudah memberitahu kan kejadian tadi kepada teman teman sekelas. Saat aku masuk, ntah suasana apa lagi ini. Mereka melihatku seakan aku makhluk jahat asing yang berjalan melewati lorong panjang. Sepertinya kawanan itu sedang membicarakan ku, tentang masalah tadi. Padahal itu hanyalah masalah kecil. Mereka terlalu membesar-besarkannya. Siapa sebenarnya perempuan itu?


Editor: Niha Hanum Salsabila

Post a Comment

Previous Post Next Post