Madrasah Riset, Masih Lembar Pertama (Refleksi)



Sekitar enam bulan lalu, di tengah zona pekat Surabaya. Saya, Bapak kepala Madrasah Muhammad Zainuddin, Pak Muksin Zeni, dan Pak Ali Ashar berada di Masjid Kanwil Kemenag Sidoarjo, ingin menemui bapak Kepala Kanwil Kemenag terkait IGMPL Jatim. Namun, beliau ternyata tidak bisa ditemui karena barusan pulang dari dinas luar Kota. Akhirnya kami bertemu dengan kang Anto (Bapak Trianto, Kasi Kelembagaan kemenag Kanwil Jatim) yang juga seorang penulis, sekaligus penggagas lahirnya IGMPL Jatim.


Pak Tri beliau disapa akrab. Kami berbincang santai di serambi Masjid tentang banyak hal, dan tentunya tak jauh-jauh dari masalah literasi di madrasah khususnya, dan Jawa Timur pada umumnya. Beliau memberikan masukan berharga, sekaligus seolah membangunkan kami dari mimpi nikmat.

 Beliau mengatakan, MTsN 7 Kediri harus meningkat lagi, agar tidak hanya mengajarkan menulis buku-buku fiksi saja. Akan tetapi juga non fiksi. Riset adalah salah satu bentuk pengembangan literasi itu, harapannya hasil-hasil riset itu nanti bisa diubah menjadi sebuah buku, dan itu akan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dalam perjalanan pulang, dalam mobil kami banyak membahas masalah itu, seolah mendapatkan pencerahan di tengah zona merah korona di Jatim.


 Kepala madrasah yang menyukai inovasi itu, akhirnya  membentuk tim, dari guru-guru bidang studi. Dengan penuh semangat tim bergerak membimbing anak-anak.  Hasilnya pada lomba menulis ilmiah yang diadakan SSK mendapatkan juara dua. Tidak hanya itu, tim juga mengirim dalam Ajang Myres yang diadakan oleh kemenag pusat. Namun, gagal. 

Mengingat ini hal baru, tentu  butuh peta jalan agar program  berjalan tepat sasaran.

 Tim pun berusaha bekerja, mengikutsertakan lomba. Di antaranya di MAN 2 kota Kediri tersisih pada babak awal, di MAN 1 kota mampu di 10 besar, dan terpaksa menelan pil pahit tersisih di babak final.

 Tapi bagi kami tidak masalah, karena untuk berhasil tentu butuh proses, tak mungkin tiba-tiba. Tapi setidaknya kami sudah mencoba,.

Penulis: M. Maghfur Qumaidi

Editor : Tim jurnalistik

Post a Comment

Previous Post Next Post