“Monggo-monggo mampir!” Kata-kata Desta sambal mengulum senyum.“Ada menu special lo di Café Ambyar 8A punya”.
“Minuman special kami, Yowis ben coffe.” Kata Ibing menimpali sambil membawa tulisan Yowes Ben Coffe di tangan kanannya. Tak lupa senyum termanisnya juga ia pasang.
“Dijamin dapat mengobati hati yang ambyar, dan sadayana jadi baik lagi.” Kata Mazaya yang dikepalanya ada mahkota bergambar secangkir kopi.
Suara keempat anak kelas 8A yang bertugas menjaga stand expo dalam rangka Milad MTsN 7 yang ke-25 bercampur dengan riuh suara dari anak-anak kelas lain. Tiga puluh stand memang bukan angka yang kecil, sehingga hanya menyisakan jalan setapak antar stand yang ada. Apalagi suara pengunjung juga tidak kalah hebohnya.
Tetapi, merupakan keuntungan sendiri bagi kelas 8A karena memperoleh tempat paling barat pada deretan tengah. Sehingga para pengunjung yang datang dari pintu barat aula dapat langsung mereka pikat.
Apalagi nama stand mereka juga unik, Café Ambyar. Dengan motto yang tak kalah unik, Sadayana Janjoss. Pun tak kalah dengan menu minuman mereka, Yowis Ben Coffe.
Saat di tanya mengapa mereka memberikan nama demikian?. Mereka menjawab karena terinspirasi dengan film Yowis Ben yang baru saja mereka lihat. Yowis Ben, kata Budi Skak (Sutradara dan pemain film Yowes Ben) sih artinya Ya Sudahlah, Act for Move On”. Jadi, harapannya saat menikmati kopi ini tuh, hati yang ambyar dapat merelakan yang tak tergapai di tangan. Dan semuanya (sadayana: Sunda) jadi baik-baik saja.
Jadi tak heran, karena filosofi ini, banyak pengunjung yang membeli di stand 8A. Salah satunya Mr. Sugi, owner BFLCC dari Kampung Inggris. “Thank Mr. Sugi your visitingto coffe 8A, please take your voucer ticket for umroh in office center in Jakarta”. Tentunya Just kidding lo.
Saking ramenya pengunjung yang ke stand, belum satu setengah jam buka, mereka sudah kehabisan cup. Yah, harus cepet-cepet nyari nih. Kasian, para penikmat kopi kalau harus menunggu lama. Akhirnya mereka lari ke Bu Rika. Pinjam sepeda donk.
“ Aman kok bu, stand 8A. Bebas bungkus plastic, staples, dan bahan 5P buatan”. Promo Rizkina saat juri menilai stand.
“Ongol-ongol kami di bungkus daun pisang, kopinya juga pake cup kertas.” Dita menimpali. Bu Tri yang menjadi juri bazar dua hari ini (Sabtu-Minggu, 15-16 Februari 2020) hanya tersenyum.
Begitulah, kemeriahan bazar menjadi kenangan sendiri bagi pengunjung dari luar madrasah maupun bapak ibu guru. Terlebih lagi bagi anak-anak MTsN 7 Kediri. Dengan harap-harap cemas mereka menanti pengumunan pemenang acara ini. Tentunya dengan harapan merekalah juaranya. So, siapapun juaranya nanti jangan sombong ya, trus yang belum juara jangan patah semangat. (Rika).
Tags:
Berita