Kehangatan yang telah hilang, kini datang kembali

Di umur yang masih minor sekitar 9 tahun, aku sudah mendapatkan pemandangan rumah yang tidak hangat kembali. Rumah tangga orang tuaku hancur, karena hadirnya orang ketiga. Perceraian pun terjadi dan menyebabkan pendidikan kakak perempuan aku terhenti di SMA. Ibuku sebisa mungkin menjalani dua peran yakni bapak dan ibu. Bapak sudah menikah lagi, susahnya aku bertemu bapakku. Bila di telepon baru datang, rasa rindu akan tiba-tiba sulit untuk di tahan. Tapi kesadaran yang membuat aku tau bahwa kehidupan tidak selamanya harus sama seperti dulu. Kekuatan dan ketegaran sudah aku rasakan di umur yang terbilang masih kecil. Perasaan iri karena melihat kehidupan teman-temanku yang kedua orang tuanya masih memberikan kasih sayang secara lengkap dengan kebersamaan.



Tidak disangka, 2 tahun sudah aku lewati. Aku sudah terbiasa tanpa bapakku. Kehidupan sudah terbilang normal dan mencoba melupakan luka yang dulu masih tertanam karena perbuatan bapakku yang buruk dihadirkan orang ketiga. Tetapi saat aku sering menanam luka tersebut aku juga mengingat pesan ibu terhadapku, “Bagaimanapun perbuatan buruk bapakmu dia tetap bapakmu, perlakukan dia dengan baik,”cukup sakit mendengarnya karena ibu yang baik akan dapat yang terbaik. Aku selalu mengingat dan melakukannya dengan tetap bersikap baik terhadap bapakku, karena merupakan kewajibanku terhadap orang tua (bakti anak terhadap orang tua).


Di tahun 2020 ibuku menikah lagi. Melontarkan Hamdalah seiring pernikahan itu resmi, aku merasa bahagia karena ayah baruku jauh lebih dari kata baik, ia begitu sabar dan pendiam. Aku tidak pernah di marahi, kalaupun aku ada salah dinasehatinya dengan suara yang pelan. Kehidupanku pun normal seperti yang aku inginkan. Aku mendapatkan kasih sayang keluarga yang utuh.

Penulis: Nadin

Editor: zar

Post a Comment

Previous Post Next Post